Bahagia dan Tanpa Cela (2024)

Gaya HidupBahagia dan Tanpa Cela

Iklan

Perhelatan Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2019 telah mempertemukan pemusik kawakan dengan pemusik rintisan. Hasilnya adalah tontonan selama tiga hari penuh hingga Minggu (3/3/2019) yang ragam warna. Setiap penampil bermain mantap dan—yang paling penting—bahagia.

Setelah 42 tahun, band rock asal Los Angeles, Amerika Serikat, Toto, menjejakkan kaki di Jakarta. Namun, mereka tak membawa serta ”Lea”, juga ”Pamela”. Ke Jakarta, Toto hanya membawa serta ”Rosanna”.

Bahagia dan Tanpa Cela (1)

Siapakah ”Rosanna”? ”Rosanna” adalah salah satu judul lagu milik Toto. Lagu yang ditulis David Paich, kibordis Toto, itu menjadi lagu pembuka sekaligus singel pertama di album Toto IV yang dirilis tahun 1982.

Konon, judul lagu itu merujuk pada nama aktris Rosanna Arquette, kekasih Steve Porcaro kala itu. Namun, tidak dengan lirik di dalamnya.

Lirik ”Rosanna” justru berkisah tentang kisah cinta monyet Paich di masa kecil dengan seorang gadis cilik yang juga bernama Rosanna. Lagu itu menyabet Grammy untuk kategori Record of The Year pada 1983.

Minggu (3/3) malam, ”Rosanna” menggema di panggung Java Jazz Festival (JJF) 2019. Penggemar Toto tak ragu-ragu menggila bersama ”Rosanna”. Setiap kali Joseph Williams (vokal utama) meneriakkan Meet you all the way, seluruh ruangan seolah turut meneriakkan lafal yang sama. Meet you all the way… Rosanna.

Sayang, si penulis lagu tak ikut serta dalam tur ke Jakarta yang merupakan rangkaian Tur 40 Trips Under The Sun. Malam itu, personel utama Toto hanya ada tiga, Steve Lukather (gitar/vokal), Steve Porcaro (kibor), dan Joseph.

Ah, tetapi tak apa. Tanpa David pun malam itu Toto tetap utuh, tak kurang suatu apa. Musik mereka tetap megah dan penuh, dengan aksi panggung yang luar biasa memukau.

Ketiga personel tampil tanpa cela dengan kekuatan masing-masing. Lukather dengan permainan gitar dan vokalnya yang membius, begitu juga Joseph dengan vokalnya yang masih terjaga di nada-nada tinggi. sem*ntara Porcaro tetap tua-tua keladi di balik kibor andalannya. Mereka semakin maksimal dengan kehadiran musisi pendukung yang sama-sama bergairahnya di panggung.

Bahagia dan Tanpa Cela (2)

Nama besar Toto menunjukkan pembuktiannya malam itu. Tidak hanya menyuguhkan lagu-lagu hit yang dihafal di luar kepala oleh penonton, Toto juga memiliki kekuatan luar biasa untuk terus mengikat penonton. Selama lebih dari dua jam, Toto menyita habis perhatian penonton yang rela berdiri berdesakan bersama ribuan orang lainnya. Mereka menyanyi bersama, melebur bersama Toto.

Selain ”Rosanna”, mereka membawakan 14 lagu lain, antara lain ”Devils Tower”, ”Hold The Line”, ”Alone”, ”I Will Remember”, ”English Eyes”, ”Jake to The Bone”, ”I’ll Be Over You”, ”Africa”, dan ”Home for The Brave” sebagai lagu penutup. Namun, tak ada ”Pamela”, apalagi ”Lea”.

”Mungkin ’Lea’ terlalu slow, ya. Mereka lagi enggak pengin slow-slow-an,” kata Andi (40), salah seorang penonton. Tak ada yang tahu memang. Kepada Kompas, Lukather hanya menjanjikan mereka akan tampil all out. ”Pokoknya surprise,” katanya.

Toh, Andi tak menyesal. ”Ini penantian selama 42 tahun. Lunas terbayar. Puas,” lanjutnya dengan senyum merekah.

Tidak hanya Andi yang rela merogoh kocek lebih demi menyaksikan Toto di ajang special show JJF 2019. Saat para legenda itu tampil di panggung, para penyanyi dan musisi yang jadwal mainnya di JJF telah kosong hari itu pun tak mau melewatkan aksi Toto.

Salah satunya penyanyi jazz yang juga berasal dari Los Angeles, Amerika Serikat, Gretchen Parlato, yang tampil di JJF pada Sabtu dan Minggu dan mendapat sambutan meriah penonton. Gretchen bahkan mengingatkan musisi pengiringnya untuk menonton aksi Toto. Setelah Toto usai, di luar tampak sejumlah musisi Tanah Air, antara lain Lilo Kla.

Bahagia dan Tanpa Cela (3)

”Jadi, enggak harus musisi jazz nonton musisi jazz. Kalau Toto, kan, orang yakin dia menyuguhkan musik bagus, jadi, ya, sudah pasti orang nonton. Toto ini memang masuk bagian musisinya musisi kalau dari segi kuratorial,” kata salah satu anggota tim Program JJF 2019, Nikita Dompas. Nikita, Elfa Zulham, dan Sandy Widharna adalah sosok di belakang para penampil JJF, khususnya tiga tahun terakhir.

Suara dari sudut

Berbarengan dengan jadwal main Toto, gitaris kawakan Allen Hinds bersama bandnya, LA Super Soul, tampil memukau di Hall A2. Allen yang berkarier sebagai gitaris sejak 1978 terpengaruh corak progressive rock, jazz, funk, hingga R&B. Dia tampil bersama Maxayn Lewis.

Mereka membawakan lagu seperti ”Act of Them Matter” dan nomor sendu ”Ode to Billy Joe”. Allen merasa percaya diri dengan suguhan rapi kawan-kawan sepanggungnya itu sampai-sampai dia berseloroh, ”Siapa yang butuh Toto? Kita enggak butuh Toto, bukan?” Penonton tergelak.

Persis ketika Toto menyudahi penampilannya pukul 21.50, band Airportradio dari Yogyakarta memulai set mereka di Demajors Stage, panggung paling ”tersembunyi” di antara 11 panggung yang ada. Mungkin karena jarak antara panggung Toto dan Airportradio berjauhan, mereka tak merasakan ”limpahan penonton” bubaran Toto.

Namun, itu tak jadi soal. Band bercorak pop sedikit gelap ini disimak lekat-lekat oleh teman-teman dekat mereka. David Karto, bos label Demajors, salah satunya.

”Sejak ’dengar’ mereka di album kompilasi Indiefest 10 tahun lalu, gue merasa harus ketemu dan nonton. Waktu mereka launching album kedua (Oktober 2018 di Yogyakarta), gue enggak bisa nonton. Sekarang harus,” kata David.

Airportradio membawakan delapan lagu. Empat dari album Turun dalam Rupa Cahaya (2010) dan Selepas Pendar Nyalang Berbayang (2018). Karena domisili anggota yang tercerai-berai, mereka harus berlatih intensif menyiapkan pertunjukan malam itu.

Bahagia dan Tanpa Cela (4)

”Kami kumpul di Jakarta sejak Jumat, menyewa tempat bareng. Selama dua hari itu latihan masing-masing enam jam sehari untuk mengingat-ingat chord dan merasakan vibe setiap lagu,” kata vokalis Benedicta R Kirana.

Benedicta tinggal di Jakarta. Pemain bas Ign Ade, drumer Prihatmoko Moki, dan pemain selo tambahan Rarya Laksh*to Jati datang dari Yogyakarta. Pemain kibor/synthesizer Deon Manunggal ”mudik” dari Kamboja. ”Bahagia bisa kumpul lagi sama teman-teman, sejak dari pegang alat, main lagu lama dan baru. Bahagia banget,” kata Benedicta.

Regenerasi

Hari terakhir JJF 2019 itu memang tidak hanya milik Toto. Masih banyak aksi bagus lainnya yang bisa disimak tanpa biaya tambahan. Ada penampilan anggun Sheila Madjid bareng gitaris Tohpati yang penuh sesak oleh penonton, juga aksi ”rusuh” grup jazz-funk Knower yang tetap saja menyedot penonton meski panggung di luar ruangan tempat mereka tampil diguyur hujan.

Ada juga penampilan musisi-musisi muda asal Jepang, J-Newbie. Malam terakhir itu juga semakin meriah dengan penampilan rancak dari R+R=Now. Secara umum, penonton selama tiga hari banyak didominasi anak-anak muda.

Menurut Nikita, JJF tahun ini memang banyak menampilkan wajah jazz yang lebih segar dan muda. Hal ini sebenarnya bukan semata mengejar alasan pasar, tetapi lebih karena alasan bahwa di dunia musik, juga jazz, telah terjadi regenerasi.

Saat ini, jazz tak lagi didominasi musisi-musisi jazz yang disebut orang awam memainkan jazz yang rumit dan membuat kening berkerut. Banyak musisi jazz muda lahir. Merekalah yang lalu mengusung semangat jazz yang lebih baru. ”Nama-nama yang kami tampilkan ini memang nama-nama yang lagi hit,” kata Nikita.

Beberapa di antaranya GoGo Penguin, Moon Child, Donny McCaslin, R+R=Now, dan Gretchen Parlato yang di luar dugaan menyedot antusias penonton. Dua kali show-nya di JJF selalu full house.

Dia antara lain membawakan ”Butterfly” yang membuat penonton terpesona. Melihat tepukan tangan yang mengiringi senandung vokal Gretchen bisa menjadi bagian komposisi jazz yang indah. Jazz yang dibawakan Gretchen, entah mengapa, tersimak kental, tetapi juga ringan secara bersamaan.

Ikhsan (30), salah seorang penonton, mengungkapkan, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, JJF tahun ini memang terasa lebih segar. Banyak penampil bagus dan mayoritas masih muda.

”Dan tetap ada rasa jazz-nya. Yang seperti ini, nih, yang dicari, jazz tetapi yang enggak njelimet,” ujar Ikhsan yang jatuh cinta dengan penampilan GoGo Penguin, tetapi juga menikmati penampilan Moon Child, Gretchen Parlato, Knower, hingga Lucky Chops.

Dari jajaran musisi Tanah Air, dia menikmati penampilan Dewa Budjana dengan Mohini Dei dan Soimah serta Barry Likumahuwa yang mengusung Tribute to Roy Hargrove. Dia sengaja melewatkan penampil-penampil dari dalam negeri lainnya karena sudah terlalu sering menyaksikan mereka di JJF.

”Kalau di JJF biasanya emang prioritas nonton yang bule-bule, sih. Kalau yang dalam negeri udah sering,” kata Ikhsan. Dia senang, JJF tahun ini menambah katalognya terhadap musisi-musisi jazz baru dengan talenta-talenta mereka yang luar biasa.

Seperti kata Gretchen, musik jazz akan terus tumbuh karena banyak musisi muda terus lahir. Festival seperti Java Jazz adalah salah satu tempat untuk menyuburkannya. Kali ini JJF menjadi episentrum bahagia dan tanpa cela.

Editor:

Bagikan

kompascetak

Bahagia dan Tanpa Cela (2024)

References

Top Articles
Latest Posts
Article information

Author: Delena Feil

Last Updated:

Views: 6107

Rating: 4.4 / 5 (65 voted)

Reviews: 88% of readers found this page helpful

Author information

Name: Delena Feil

Birthday: 1998-08-29

Address: 747 Lubowitz Run, Sidmouth, HI 90646-5543

Phone: +99513241752844

Job: Design Supervisor

Hobby: Digital arts, Lacemaking, Air sports, Running, Scouting, Shooting, Puzzles

Introduction: My name is Delena Feil, I am a clean, splendid, calm, fancy, jolly, bright, faithful person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.